Jumat, 30 Januari 2009

Lolos Sertifikasi Tidak Sulit


Haris: Asal Para Guru Paham Format Penilaian

SURABAYA - Lolos sertifikasi itu mudah. Asalkan, para guru tahu caranya. Yang utama, tahu format penilaian dalam sertifikasi.

Menurut Rektor Unesa Haris Supratno, ada tiga poin penting dalam sertifikasi. Masing-masing poin tersebut punya nilai minimum. Kalaupun seorang peserta unggul di poin A dan B, dia akan tetap gagal bila nilai poin C kurang dari minimum.

''Misalnya, peserta mendapatkan angka lebih dari 2.000 di dua poin pertama. Kalau poin C nol, dia tetap tidak lolos,'' ujarnya. Untuk bisa lolos, kata dia, seorang peserta membutuhkan nilai minimum 850.

Pada poin A, kata Haris, ada tiga unsur yang harus diperhatikan. Yang pertama adalah kualifikasi akademik. Termasuk, penilaian terhadap ijazah yang dimiliki. Unsur kedua adalah pengalaman mengajar dan yang terakhir penilaian RPP.

Untuk poin A itu, nilai minimal yang dibutuhkan adalah 400, dengan nilai RPP minimal 120. ''Jika nilai poin A kurang dari itu, kalaupun nilai untuk dua poin berikutnya di atas minimal, peserta tetap tidak lolos,'' jelas Haris.

Poin B meliputi pendidikan dan pelatihan, penilaian atasan langsung, prestasi akademik, serta pengembangan profesi. Unsur pendidikan dan pelatihan meliputi berapa banyak diklat, workshop, seminar, serta pelatihan yang diikuti. Pembuatan bahan ajar, pembuatan PTK, KTI, menulis buku, serta pembuatan dan penggunaan media pembelajaran bisa dimasukkan unsur pengembangan profesi.

Prestasi akademik bisa berupa kemenangan dalam lomba atau menjadi pembina siswanya yang menang lomba. Untuk poin B itu, nilai minimal yang harus dimiliki peserta adalah 300.

Karena itu, Haris menyarankan agar para guru lebih sering membuat bahan ajar dan penelitian ilmiah. Makin banyak penelitian yang dibuat, kian tinggi nilainya. Dia menegaskan, para guru tidak perlu takut bertanya bila menghadapi kesulitan saat pertama membuat karya ilmiah. Mereka bisa bertanya kepada guru-guru yang sering melakukan.

Poin C atau poin ketiga meliputi keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial, serta penghargaan di bidang akademik. Yang dimaksud penghargaan di sini bukan sekadar sertifikat bertulisan penghargaan, melainkan semacam penghargaan Satya Lencana atau penugasan di tempat terpencil. Yang termasuk pengalaman organisasi adalah menjadi pengurus, bukan hanya menjadi anggota. Nilai minimal yang dibutuhkan untuk poin ketiga itu adalah 1 (satu).

''Maksudnya, guru yang ikut sertifikasi minimal harus pernah sekali mengikuti forum ilmiah atau menjadi pengurus organisasi. Pengalaman organisasi dan lainnya harus dibuktikan dengan SK, tidak sekadar klaim,'' tegasnya.

Haris menuturkan, pendidikan dan pelatihan dihitung berdasar jumlah jam pelatihan. Jumlah jam menentukan skor yang diperoleh. Skala pelatihan juga memengaruhi skor. Pelatihan tingkat provinsi atau nasional lebih tinggi daripada tingkat kabupaten. ''Unsur-unsur dalam penilaian ini harus dipahami benar oleh guru-guru peserta sertifikasi sebelum membuat portofolio,'' ujarnya.

Meski penilaian sangat ketat, Haris mengimbau agar para guru mempertahankan kejujuran. Jangan ada lagi guru yang ketahuan memalsukan sertifikat atau menjiplak karya ilmiah teman. Selain bisa didiskualifikasi jika ketahuan, nama guru sebagai pendidik bakal tercoreng. ''Lebih baik gagal portofolio dan ikut diklat daripada melakukan kecurangan,'' tandasnya. (sha/soe) jawa pos

Pembelajaran Tematik untuk Murid SD

Saya guru baru yang akan memegang kelas 1 sekolah dasar (SD). Saya ingin menanyakan, apa saja yang yang harus saya siapkan? Apakah pembelajarannya wajib tematik? Saya belum bisa, bagaimana solusinya?

Yuni, Surabaya



Selamat untuk Bu Yuni karena dengan mengajar di SD, ibu ikut berpartisipasi langsung dalam peningkatan mutu pendidikan dan mutu sumber daya manusia Indonesia. Mengajar di SD, terutama di kelas 1, memerlukan perancangan pembelajaran matang. Hal itu bertujuan agar pembelajaran berlangsung menarik, menyenangkan, mengaktifkan siswa dengan bimbingan guru, dan menghasilkan efektivitas pembelajaran yang tinggi. Merancang pembelajaran yang demikian memang dirasakan agak sulit. Namun, jika guru terus-menerus berusaha mengembangkan diri dan meningkatkan pemahaman terhadap anak didik, kesulitan tersebut berangsur-angsur dapat diatasi.

Dalam rangka pengembangan diri, guru sangat disarankan tidak segan-segan bertanya kepada guru senior, para ahli, maupun teman sejawat dalam upaya memecahkan berbagai masalah pembelajaran yang dialami. Selain itu, guru sangat disarankan untuk selalu menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman dari berbagai sumber.

Berdasar ketentuan yang terdapat di dalam struktur KTSP, pembelajaran di kelas I SD menggunakan pendekatan tematik. Pembelajaran tematik diajarkan kepada siswa di kelas awal SD (kelas 1 sampai kelas 3) karena pada perkembangannya, mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk memberikan pengalaman holistik kepada siswa sehingga kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih bermakna. Dalam pembelajaran tematik, pembelajaran tidak lagi terkotak-kotak dalam mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah. Namun, muatan masing-masing mata pelajaran itu sudah diramu secara utuh dan padu oleh guru dalam sebuah tema tertentu.

Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa tahap kegiatan yang perlu ibu perhatikan, yaitu (1) Analisis standar isi dalam kurikulum, khususnya pada muatan standar kompetensi masing-masing mata pelajaran; (2) Tentukan tema pembelajaran untuk mengikat standar kompetensi berbagai mata pelajaran tersebut menjadi sebuah ruang lingkup pembelajaran yang utuh, padu, dan bermakna; (3) Tentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran terkait yang terdapat di dalam kurikulum sesuai dengan tema yang telah ditentukan; (4) Tentukan indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran terkait sesuai dengan tema yang telah ditentukan; (5) Berdasar indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, tentukan tujuan pembelajaran masing-masing mata pelajaran terkait sesuai dengan tema yang telah ditentukan; (6) Rancanglah pembelajaran sesuai dengan prosedur perencanaan mengajar yang meliputi materi, langkah-langkah pembelajaran, media dan metode pembelajaran, serta evaluasi. Semoga berhasil dan sukses. (*/hud) jawa pos

Alat Pendeteksi Kualitas Telur

SURABAYA - Berkutat lama di dunia peternakan ternyata bisa menghasilkan inspirasi karya skripsi yang aplikatif. Pengalaman itulah yang dilakukan Dwi Taufik Hidayat. Setahun bekerja di peternakan itik, mahasiswa teknik informatika Untag tersebut menghasilkan sebuah alat pendeteksi kualitas telur.

"Bukan untuk mendeteksi letak telur, namun menentukan apakah telur tersebut baik atau tidak jika ditetaskan," ujar Taufik.

Dengan cara tradisional, umumnya telur harus diperiksa satu-per satu dengan teliti. Pertama, telur diketuk-ketuk dulu menggunakan ujung jari. Setelah itu, telur diterawang di tempat terang. Cara seperti ini tentu butuh waktu cukup lama. Nah, dengan alat karya Taufik, proses mendeteksi telur tersebut menjadi relatif singkat.

''Tinggal lewatkan saja telurnya di alat ini, kemudian alat otomatis akan mendeteksi medan magnet dan mengukur volt yang dihasilkan telur,''paparnya.

Tegangan yang dihasilkan alat itu bergantung pada tebal tipisnya cangkang atau kulit telur. Semakin tebal, makin kecil tegangan yang dihasilkan. Telur dengan kulit tebal menghasilkan 2.775-2.778 milivolt, sedang 2.779-2.782 milivolt, dan telur berkulit tipis ukurannya di atas 2.782 milivolt. ''Telur yang bagus untuk ditetaskan adalah telur dengan ketebalan kulit sedang,'' terangnya.

Bukan berarti telur dengan kulit yang tebal atau tipis tidak bisa ditetaskan. Namun, jika ditetaskan, telur dengan kulit yang terlalu tebal atau tipis tersebut akan menghasilkan itik yang rentan sakit. Kondisi itu berbeda dengan itik yang dihasilkan dari telur dengan ketebalan sedang. Itik-itik tersebut lebih sehat.

''Informasi ini saya peroleh dari hasil wawancara dengan model random sampling pada beberapa peternak itik tentang pemilihan telur yang baik untuk ditetaskan,''tuturnya.

Selain itu, Taufik melakukan penelitian sendiri. Selanjutnya, dia berpikir untuk membuat alat. Alat tersebut selesai dalam waktu satu bulan. Karena sudah mengenal seluk-beluk peternakan, Taufik tidak mengalami kesulitan. Hasil ujian skripsi putra pasangan Mulyadi dan Chusnul Chotimah itu pun mendapatkan nilai A plus. (sha/hud) jawa pos